Soal-Jawab 3: Kehidupan, Kematian, Keselamatan, Dosa

Seorang pendeta Universalis dari sebuah jemaat yang bising menjadi gemas lantaran pertengkaran di dalam rapat Dewan Pengurus. Dengan menyela mereka, ia menanyai para anggota Dewan apa makna Universalisme bagi mereka. Dalam hal ini, mereka sependapat, “Universalisme bermakna keselamatan universal; kita semua akan masuk surga setelah kita mati.”

Namun sang pendeta menukas, “Kalian tahu, seandainya saya adalah Tuhan, maka saya letakkan kalian di rumah-rumah yang saling berdekatan dan menjadikan kalian hidup bersama selama sejuta tahun atau lebih sampai kalian belajar bagaimana hidup berdampingan satu sama lain.”

Bagaimana Anda memandang kematian dan bagaimana Anda memandang hal ini memengaruhi jalan hidup Anda?

Pdt. F. Forrester Church mendefinisikan agama sebagai “tanggapan manusia terhadap dua kenyataan: sedang hidup dan akan mati.” Kebanyakan orang UT menganggap kematian sebagai akhir eksistensi kita sepenuhnya. Daripada memandang hal ini dalam pengertian yang mengerikan dan menjadikan putus asa, orang-orang UT itu lebih cenderung memandang finalitas kematian sebagai alasan pendorong untuk menjalani hidup sepenuh-penuhnya.

Namun meskipun kami menganggap kematian sebagai akhir dari kehidupan-berkesadaran kita, kita berharap bahwa kita akan terus hidup di benak dan hati orang-orang yang kehidupannya kita turut kembangkan selama kehidupan kita di dunia.

Bagaimana Anda memandang dosa?

Kita tidak percaya bahwa manusia lahir dalam keadaan berdosa dan kita tidak ingin diperbudak oleh doktrin Dosa Asal.

Kita yakin bahwa orang-orang dihukum melalui dosa mereka, bukan lantaran dosa mereka, dan bahwa orang-orang jahat sungguh menjalani hidup dengan [disertai] dosa. Kita juga yakin bahwa kita diberi pahala melalui kebaikan-kebaikan kita dan bahwa kebaikan yang kita lakukan itu hidup dengan kita dan turut menjadikan dunia lebih baik.

Anda bisa menghadiri “gereja” UT bertahun-tahun dan jarang mendengar kata dosa.

Bagaimana Anda memandang kemalangan?

Kami tidak mempunyai jawaban-jawaban cepat berbasis-doktrin untuk menjelaskan kemalangan, rasa sakit, penderitaan, dan kenyataan bahwa kehidupan bisa kejam berkali-kali. Lantaran optimisme kami, kebanyakan dari kami mengakui adanya sisi kemanusiaan kita yang patah, terbelah, atau pun jatuh dalam setiap kehidupan kita. Namun kendati mengakui keberadaan sisi negatif dari kehidupan ini, kami berusaha untuk tidak menyerah.

Ada banyak orang UT yang terlibat dalam upaya untuk menjadikan dunia ini lebih adil, damai, sehat, dan nyaman di tingkat lokal, nasional, dan global. Kita berjuang untuk berpikir dan bertindak dengan cara-cara yang dapat memungkinkan semua manusia mencapai potensi mereka.

Dan bahkan kalau kita tak mampu menerangkan mengapa orang-orang menderita, kita masih dapat berusaha membantu mereka.

Apakah orang-orang UT akan masuk surga atau neraka?

Lantaran tidak ada cara untuk tahu dengan pasti apakah kita akan pergi ke suatu tempat bila mati, maka sangat sedikit (kalau pun ada) orang UT yang meyakini eksistensi fisik suatu tempat yang disebut surga dan neraka.

Bagaimana dengan keselamatan? Akankah orang UT diselamatkan?

Keselamatan bukanlah kata yang sering kami gunakan.

Kita tidak percaya bahwa orang-orang terlahir dalam keadaan berdosa sehingga mereka harus diselamatkan untuk menghindari penderitaan abadi di neraka.

Karena kita tidak mempercayai dosa asal, kita tidak merasa perlu diselamatkan darinya.

Apakah Anda beriman kepada Penebus Dosa?

Tidak. Kami yakin bahwa kita akan diadili melalui bagaimana kita menjalani kehidupan kita sendiri dan bagaimana kita melayani orang lain, bukan melalui seorang penebus dosa. Kita menghargai para pemimpin agama dan spiritual seperti Yesus, Musa, dan Buddha lantaran apa yang bisa mereka ajarkan kepada kita mengenai kehidupan, bukan lantaran berfungsi sebagai penebus dosa kita.

Kalau Anda tidak khawatir akan [hukuman dari] Tuhan, neraka, atau kutukan abadi, lantas apa yang menjadi perangsang bagi Anda untuk bertindak secara bermoral dan bertanggung jawab?

Kami merasa bahwa orang-orang yang menjalani hidup dengan bermoral dan beretika itu biasanya menjalaninya karena mereka memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap mereka sendiri dan terhadap yang lainnya. Perangsang kami adalah bahwa kita ingin menjalani hidup di dunia yang lebih sehat, lebih damai, dan lebih adil daripada saat ini, dan bahwa kita ingin mewariskan dunia yang lebih baik bagi generasi penerus.

Kalau kita berpandangan bahwa kehidupan yang bermoral dan beretika itu terwujud hanya jika orang-orang merasa takut akan neraka atau kutukan, maka ini berarti bahwa kita memandang rendah orang-orang yang berupaya menuju kehidupan yang bertanggung jawab secara moral dan etika.

————
100 Soal-Jawab Mendasar perihal “Agama” (sistem kepercayaan) Universalisme Tauhid
© 1994-2000 by the Unitarian-Universalist Church of Nashua, New Hampshire
Indonesian Translation Copyright © 2010 by M Shodiq Mustika
All rights reserved

Diterbitkan oleh

Prof. Idiot

M Shodiq (Musa Mustika), a national bestseller writer, a former lecturer of a well-known university in Indonesia.

2 tanggapan untuk “Soal-Jawab 3: Kehidupan, Kematian, Keselamatan, Dosa”

  1. hee, sama Cece, ada dalam karyaku juga, aku melakukan kebaikan bukan karena surga, atau api neraka, karena mereka semua itu mahluk, engkau tidak aakan bisa mengenal aku lewat bacaan atau tulisan, karena aku adalah kosong. salamm

  2. Manusia pada dasarnya sudah mempunyai naluri dasar, seperti keinginan untuk di cintai, keinginan untu bahagia, keinginan untuk kaya dan lain2 yg sudah menjadi kodratnya manusia. Namun untuk mencapai hal itu tentu juga manusia ingin kedamaian dalam perjalanan mendapatkannya. Begitu juga dalam berbuat kebaikan, hendaknya dilakukan karna cinta bukan karna takut pada neraka. Dalam menjalaninya juga tentu lebih enteng terasa ringan.

Tinggalkan Balasan ke sarrah Batalkan balasan